(021) 745 3529
Jl. Sumatera No.75, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15414
blog-img

Selasa 10 November 2020

Muhammad saw Menegakkan Keadilan dan Menentang Kedzaliman

Admin | Agama

Nabi Muhammad saw lahir di tengah-tengah bangsa yang menjadikan kedzaliman sebagai aturan hidupnya. Si kaya memeras si miskin, yang kuat menindas yang lemah, yang pandai memintari yang bodoh, yang berkuasa melemahkan yang papa, fenomena tersebut adalah potret kehidupan yang menghiasi hari-hari masyarakat Arab kala itu.

Sejak kecil ia menyaksikan budak-budak diperlakukan melebihi binatang. Mereka diperas tenaganya. Jika ada di antara mereka yang melarikan diri dari tuannya (abiq) kemudian ditemukan tuannya, maka berbagai siksaan segera diterimanya. Kenyataan inilah yang kemudian menjadi keprihatinan, dan tamparan relung bathinnya, sehingga  ketika ia berdo'a selalu membayangkan dan menghadirkan dirinya di hadapan Tuhan sebagai (abiq) yang dihempaskan di hadapan tuannya. Wajar saja setelah ia diangkat menjadi Rasul, rela menyebut dirinya di hadapan Allah sebagai budak-Nya  dengan ungkapan "anta maulaanaa".

Sejak terlahir, beliau dalam keadaan yatim ‘akrab’ dengan derita dan nestapa. Karena itu, pasca dinobatkan sebagai Rasul, Beliau mengecam orang-orang yang menganiaya dan menelantarkan anak yatim. Salah satu dalam sabdanya menyatakan bahwa tangisan anak yatim mengguncang Arsy. Beliau juga mewanti-wanti kepada orang-orang kaya yang mengabaikan kesengsaraan orang miskin dengan sabdanya: "Tidaklah orang miskin lapar dan telanjang, kecuali akibat ulah semena-mena  orang kaya".

Menginjak remaja, Rasul saw menyaksikan tingkah para penguasa yang menyalah gunakan kekuasaannya. Begitu geramnya ia melihat kedzaliman di depan mata, ia bersabda: "Jauhilah pintu-pintu penguasa dan kaki tangannya. Karena siapa yang dekat dengannya mereka adalah yang paling jauh dari Tuhan".  Tetapi ia juga memuji para penguasa yang adil dengan sabdanya: "Di antara yang dilindungi oleh Tuhan pada hari kiamat adalah penguasa yang adil" .  Karena menurutnya setiap penguasa adalah bayangan Tuhan di muka bumi.

Selain beliau terlahir membawa titah nubuwah dan kerasulan yang diberikan tugas sebagai penebar rahmat bagi sekalian alam, beliau juga dikenal sebagai Rasul penentang dan pembasmi kedzaliman. Kedzaliman suami terhadap istri, orang tua terhadap anaknya atau sebaliknya, majikan terhadap buruh, bahkan kedzaliman manusia terhadap binatang. Beliau sangat marah ketika mendengar sebagian sahabatnya memukuli istrinya. Terkait dengan peristiwa ini, saat beliau berkhutbah dengan suara lantang pada haji wada' salah satu point khutbahnya berbunyi: "wahai manusia, dengarkan pembicaraanku dan dengarkan baik-baik. Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada istri-istri kalian. Kalian tidak memiliki mereka dan mereka juga tidak memiliki kalian".   

 Ketika ia di mi'rajkan naik langit ke tujuh, Tuhan menyapanya dengan sapaan: "Wahai saudara para utusan, peringatkan kaummu agar mereka tidak memasuki rumahKu kecuali dengan hati yang tulus, lisan yang jujur, tangan yang bersih, kehormatan yang suci. Jangan biarkan orang yang berbuat dzalim kepada orang lain di antara hamba2Ku untuk masuk ke rumahKu, karena Aku akan terus menerus melaknatnya selama ia berdiri shalat di hadapanKu, sampai ia mengembalikan hak orang lain yang di rampasnya".

Ketika mendarat di bumi, Rasul saw bersabda: "Ada tujuh siksa di antara  hamba dan surga, yang paling ringan adalah kematian, sedangkan yang paling berat adalah ketika orang-orang yang didzalimi bergantung pada tangan orang-orang yang mendzaliminya. Takutlah olehmu do'anya orang yang didzalimi sekalipun ia kafir, karena tidak ada lagi penghalang antara ia dengan Tuhan".   

Hampir di sepanjang sejarah risalahnya, selain ia menentang kedzaliman tidak henti-hentinya ia berjuang menegakkan keadilan, kebenaran dan kejujuran bahkan sangat mengecam orang-orang yang apatis terhadap segala bentuk kedzaliman. Hal ini terekam dalam sabdanya:

“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”
Penulis: H. Hasib Muslich, M.Pd (Guru MA. Soebono Mantofani)

Baca juga :


Kolom Pengurus

Kajian Kitab di Majlis Taklim  Majlis Taklim yang sudah berdiri sejak awal pembanguinan Yayasan Soebono mantofani merupakan pendidikan non-Formal yang diselenggarakan oleh Yayasan Soebono Mantofani yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi bapak-bapak atau ibu-ibu yang ingin memperdalam pelajaran agama Islam. Bersifat umum yang diselenggarakan setiap Hari Ahad pagi pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB di...




Populer


Recent Post