(021) 745 3529
Jl. Sumatera No.75, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15414
blog-img

Rabu 11 November 2020

Manusia Buas versus Binatang Buas

Admin | Kolom Pengurus

Isi alam semesta ini beragam, baik berupa flora maupun fauna. Diantara makhluk-Nya, ada yang berkembang seperti pepohonan, ada yang tidak berkembang seperti batu. Ada makhluk yang dilengkapi akal saja seperti malaikat dan adapula yang hanya dibekali nafsu saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti binatang. Dari semua karakter yang given dari Allah swt tersebut, manusia didesain Tuhan menjadi makhluk paling sempurna yang memiliki ketiga perangkat penting tersebut, manusia punya akal dan nafsu serta bisa berkembang. Rupanya tuhan telah mempersiapkan sedemikian rupa agar manusia mampu berdikari menjadi khalifah yang mengemban amanah untuk memperbaiki tata kelola bumi beserta isinya, termasuk sistem politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.

Manusia dengan seperangkat akalnya mampu membedakan baik dan buruk, sedangkan binatang dengan segala sisi kekuatan nafsunya mendorong penggiat keinginannya, bila manusia mampu memfungsikan keduanya dengan baik bukan tidak mungkin derajatnya melebihi pangkat malaikat, karena malaikat hanya bisa mengerjakan sebatas kewajiban yang ditaklifkan kepadanya, sedangkan manusia mampu melakukan melebihi yang diwajibkan kepadanya yakni menambahkan perintah yang bersifat anjuran (sunnah).

Sebaliknya bila nafsu yang menjadi pandu hidupnya, sedang akal menjadi pengikut atas dorongan nafsunya, bukan tidak mungkin pula, derajatnya akan lebih rendah melebihi derajat binatang ternak (QS. 7:179), namun bagaimana faktanya?.

Dari sudut buas-nya, banyak fakta menunjukkan bahwa manusia lebih buas dari binatang jalang yang disemati predikat ‘buas’ itu sendiri, sering kita lihat di layar kaca televisi, sebuah kabar manusia ‘memangsa’ sesama manusia dengan berbagai cara, bila dihitung lebih banyak manusia yang menjadi korban manusia, daripada manusia yang dimangsa binatang buas. Abul A’la al-Maududi pernah mengatakan, yang intinya adalah sebuas-buas binatang buas tidak akan pernah mengalahkan buasnya manusia.

Pola pembunuhan yang dilakukan bisa secara langsung atau tidak langsung. Pembunuhan langsung misalnya orang tua tega menghabisi anak yang lahir dari darah dagingnya sendiri, pun demikian sebaliknya, seorang anak membunuh orang tuanya. Tentunya tidak lepas terjadi pula kepada kerabat, teman sejawat, rekan kerja dan lain lain.

Adapun yang membunuh secara tidak langsung biasanya melalui mekanisme tertentu yang ujung-ujungnya adalah menindas orang lain dengan berbagai motif dan tujuan tertentu, entah karena situasi politik yang tidak menguntungkan, persaingan bisnis atau bisa juga karena sengketa waris dan sederet motif lain yang melatarbelakangi manusia bisa menjadi buas.   

Rupanya untuk menjadi manusia baik, setiap individu harus meredam keinginan buruk yang didorong nafsunya dan memfungsikan akalnya secara sempurna untuk kemaslahatan orang lain. Dengan akal inilah manusia bisa berbuat lebih arif dan bijak sehingga pada akhirnya menjadi berharga bak permata. Hanya sedikit bahkan tidak ada yang bisa dibanggakan ketika hidup ini tidak mempunyai jejak rekam kehidupan yang baik dan bermanfaat.

M. Wiyono, MA (Ketua Harian Yayasan)

Baca juga :


Kolom Pengurus

Kajian Kitab di Majlis Taklim  Majlis Taklim yang sudah berdiri sejak awal pembanguinan Yayasan Soebono mantofani merupakan pendidikan non-Formal yang diselenggarakan oleh Yayasan Soebono Mantofani yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi bapak-bapak atau ibu-ibu yang ingin memperdalam pelajaran agama Islam. Bersifat umum yang diselenggarakan setiap Hari Ahad pagi pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB di...




Populer


Recent Post